Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Setiap
siswa memiliki gaya belajar sendiri. Bobbi Deporter (1992) menyebutkan hal itu
sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga belajar pada tiap diri
siswa dimana tiap orang memiliki kecenderungan terhadap salah satunya. Ketiga
hal itu adalah visual, auditorial, dan kinestetis. Siswa yang memiliki
kecenderungan visual akan cenderung belajar dengan cara melihat. Siswa dengan
kecenderungan auditorial akan lebih tertarik untuk belajar dengan mendengarkan
suara-suara. Sementara siswa dengan karakter kinestetis akan lebih tertarik
untuk praktek dengan melakukan suatu kegiatan atau menyentuh secara langsung. Dalam pembelajaran kontekstual, guru dituntut untuk dapat
memahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapat belajar dengan
gayanya masing-masing. Dalam pembelajaran konvensional, guru sering lupa
memperhatikan hal ini. Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan Oleh
Paulo Freire sebagai pemaksaan kehendak.Sehubungan dengan itu, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan menerapkan model
belajar pembelajaran kontekstual, yakni :
1. Siswa
harus dipandang sebagai manusia yag sedang berkembang dan bukan sebagai orang
dewasa dalam ukuran kecil. Kemampuan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
level perkembangan siswa sehingga kita tidak boleh memberikan pelajaran yang
tidak sesuai dengan level perkembangan siswa tersebut. Dengan demikian guru
tidak bertindak sebagai penguasa dalam sebuah pembelajaran, namun ia berperan
sebagai pembimbing siswa dalam membimbing mereka sesuai dengan level
perkembangannya.
2. Setiap
anak memiliki kecenderungan untuk mencoba hal yang baru. Mereka akan senang
jika mendapat tantangan-tantangan yang baru. Oleh karena itu, guru berperan
sebagai pemilih objek baru dan menantang yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Belajar
bagi siswa adalah mengaitkan hal-hal yang telah dikuasi dengan informasi baru
yang mereka dapatkan. Dengan demikian tugs guru adalah untuk mengaitkan
informasi yang telah ada pada siswa dengan hal baru yang ia pelajari.
4. belajar
merupakan proses penyempurnaan skema yang sudah ada pada diri siswa (asimilasi)
dan membuat skema yang baru (akomodasi). Dengan demikian guru bertugas untuk
membantu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Penalaran juga merupakan aktivitas
pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau
konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat
berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa
tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang
saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada
penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi
akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk
menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian
pengertian.
Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran.
Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Dalam penalaran, pengetahuan
yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar.
Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar