Selasa, 04 Juni 2013

Kiat Aman Agar Terhindar dari Sayur dan Buah Berpestisida

Temuan dr. James Bower, neurolog dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, AS, menyebutkan bahwa paparan pestisida dan bahan kimia di sayur dan buah-buahan dapat meningkatkan risiko parkinson.

Ia menjelaskan, parkinson memang tidak disebabkan oleh satu hal saja. Tetapi pestisida adalah salah satu dari banyak pemicu penyakit tersebut.

Parkinson adalah penyakit degeneratif saraf yang mengakibatkan otot kaku dan kesulitan bergerak. Gejala utamanya berupa gangguan motorik dan kognitif seperti yang diderita petinju legendaris Muhammad Ali.

Di Indonesia, penelitian mengenai pestisida sebagai penyebab parkinson memang belum dilakukan. Akan tetapi Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anwar Musadad, SKM, M. Kes mengatakan, pestisida jelas berbahaya bagi tubuh karena menyerang saraf.

“Komponen pestisida dapat merusak sel otak dan mengakibatkan kadar dopamin di otak menurun,” ujar Anwar. Hal ini berakibat terjadinya gangguan pada bagian otak yang mengatur tentang gerakan.

Tidak hanya menyerang saraf, keluhan yang diakibatkan makanan mengandung pestisida adalah diare dan pusing, kerusakan hormon, kelainan kulit, dan kanker.

Anwar menjelaskan, pestisida masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran dan buah. Saat ini, perilaku petani dalam menggunakan pestisida untuk membunuh hama sudah tidak terkontrol, baik dari segi dosis maupun frekuensi penggunaan. Akibatnya, kandungan pestisida dalam sayuran dan buah yang banyak dikonsumsi masyarakat saat ini sangat tinggi.

“Meski (sayur dan buah) sudah dicuci, tapi karena dosisnya sudah tinggi, ada jenis pestisida yang tidak mudah larut dalam air, lalu masuk ke dalam tubuh,” ujarnya. Zat-zat inilah kemudian menimbun di dalam tubuh dan merusak sel-sel saraf.

Apa saja sayuran dan buah yang rentan terkena pestisida?

Anwar menyebut, sayuran hijau, tomat, cabe, apel, stroberi dan beberapa jenis buah tak bercangkang lainnya rentan terkena residu pestisida. Meski demikian, lanjutnya, bukan berarti kita harus menghindari sayur-sayuran serta buah.

Untuk mengurangi bahaya paparan pestisida, Anwar merekomendasikan beberapa kiat yang bisa ditempuh:

1. Jika Anda sanggup, konsumsi sayur dan buah organik. Prinsip pertanian organik yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan kimia sintetis, dapat mengurangi paparan pestisida terhadap tubuh manusia. Sayangnya, harga sayuran organik masih sangat mahal, dan belum terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

2. Menanam sendiri sayur-sayuran serta buah yang akan dikonsumsi. Ini adalah cara paling hemat untuk mengonsumsi sayuran dan buah organik. “Meski hanya memiliki sedikit halaman di rumah, tidak ada salahnya dimanfaatkan untuk menanam sayuran,” ujar peneliti di bidang ekologi ini. Tentu saja, sayuran harus dirawat secara alami dengan menggunakan pupuk kandang dan tidak boleh disemprot pestisida.

3. Menanam sayuran secara hidroponik adalah cara yang baik untuk menghasilkan sayuran sehat. Sistem hidroponik hanya menggunakan media tanam berupa air dan nutrisi untuk akar. Karena sistem hidroponik melarang tanaman terkena air, tentu saja dilarang melakukan penyemprotan menggunakan pestisida.

4. Jika tidak mau bercocok tanam, bersikaplah cermat saat memilih sayuran serta buah. Sayuran yang memiliki daun yang dimakan ulat justru lebih baik ketimbang sayuran yang segar tanpa sedikit pun bekas gigitan ulat. “Daun yang dimakan ulat menunjukkan sayuran ini tidak mengandung pestisida. Sebaliknya, sayur dan buah yang terlihat segar dan tidak cacat justru mengandung pestisida ,” ujar ahli kesehatan masyarakat ini.

Sumber :
http://id.she.yahoo.com/kiat-aman-agar-terhindar-dari-sayur-dan-buah-berpestisida-065327905.html

Baca juga :
http://id.she.yahoo.com/paparan-pestisida-di-makanan-tingkatkan-risiko-diabetes-065838736.html
http://id.she.yahoo.com/paparan-pestisida-dapat-sebabkan-perubahan-struktur-otak-085207650.html

Sabtu, 01 Juni 2013

Pengertian dan Langkah-langkah Meresensi Sebuah Buku

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Lebih detil lagi, tujuan resensi adalah:
-   - Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
-      - Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
-     - Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Setelah mengetahui definisi serta tujuan dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira unsur apa saja yang terkandung di dalam sebuah resensi?

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1.)    Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2.)    Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
1.      Judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya).
2.      Pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku).
3.      Penerbit.
4.      Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa).
5.      Tebal buku.
6.      Harga buku (jika diperlukan).
3.)    Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
1.      Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh
2.      Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain
3.      Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang
4.      Memaparkan keunikan buku
5.      Merumuskan tema buku
6.      Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku
7.      Mengungkapkan kesan terhadap buku
8.      Memperkenalkan penerbit
9.      Mengajukan pertanyaan
10.  Membuka dialog
4.)    Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a.       Sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis
b.      Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya
c.       Keunggulan buku
d.      Kelemahan buku
e.      Rumusan kerangka buku
f.        Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)
g.       Adanya kesalahan cetak


Berikut adalah contoh meresensi buku yang bena

 

Judul buku      : Desaku, Sekolahku
Penulis             : Ahmad M. Nizar Alfian Hasan
Penerbit           : Pustaka Q-Tha
Tahun Terbit    : Agustus 2007
Tebal buku      : XXV+189 hlm, 14 x 20 cm

Ketika sekolah semakin mahal dan membosankan, apa yang mungkin kita lakukan untuk menghadapi situasi seperti ini? Biaya sekolah terus mengikuti trend harga barang-barang di pasaran yang terus membumbung naik. Sementara, kualitas lulusannya masih jauh dari yang diharapkan. Murid-murid sendiri banyak yang menyatakan kebosanan, tidak menyenangkan dan tidak menarik atas proses pembelajaran di Sekolah. Ke Sekolah dengan rasa tertekan dan keterpaksaan. Belum lagi ketegangan dengan guru dan tugas-tugas sekolah serta pekerjaan rumah (PR) yang menyebalkan. Waktu untuk mengekspresikan diri dan explorasi ketertarikan pada hal-hal di luar sekolah habis ditelan tuntutan aktivitas di sekolah.

Formalitas sekolahan telah memandulkan kreativitas dan mengasingkan para murid dari lingkungan hidupnya sendiri. Dan, bagaimana nasib anak-anak dari keluarga miskin yang tersebar luas di Indonesia Raya ini ?
Dan pada akhir ritual sekolah yang ditunggu-tunggu pun tiba, ijasah adalah symbol kebanggaan kelulusan yang konon bisa memberikan jaminan hidup kedepan. Perlu disadari para mahasiswa bahwa ketika ijasah itu diterimakan, ketika itu pula status anda berubah, bukan lagi menjadi mahasiswa sang intelektual melainkan “pengangguran” bila anda belum produktif.

Sebagai sarjana, sudahkah anda memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menerapkannya dalam aktivitas kerja produktif di tengah-tengah masyarakat membangun ini ? Pertanyaannya, apa yang bisa anda kerjakan/ hasilkan ? Apa yang bisa dibanggakan dengan ijasah di tangan tapi tidak berdaya ?
Kenyataan cenderung mengatakan “untuk menjadi pandai itu memang mahal.” Dan “orang-orang miskin dilarang sekolah.”

Proses belajar ditentukan sendiri oleh para murid dan kondisi yang nyaman serta menyenangkan dengan sendirinya tetap terjaga. Ternyata suasana informal justru sangat mendukung proses belajar yang kreatif, efektif dan menyatu dengan masyarakat. Lompatan besar pun terjadi. Anak-anak SLTP alternatif ini dengan kesadaran baru tidak mengejar penilaian dan ijasah, melainkan pengetahuan dan kemampuan baru. Bukan kompetisi penilaian yang dibangun, melainkan kompetisi memahami pengetahuan dan membagikannya kepada kawan-kawan lainnya. Hanya 4 orang muridnya yang ikut Ujian Akhir Negara (UAN) 2006 yang lalu; itu pun tujuannya adalah penelitian. Persoalan pun dipecahkan bersama-sama.

Dalam buku ini tereksplorasi bagaimana anak-anak kelas-3 SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai tugas akhir—sebagai pengganti UAN--untuk menandai kelulusannya dengan mengadakan dan menyelesaikan “disertasi” masing-masing. “Disertasi” itu antara lain Pengadaan Ruang Belajar, Studio Musik Bawah Tanah dan Kolam Belut di Rumah As’ad; Laboratorium Tanaman dan Pembuatan Briket Sampah di Rumah Amri; Ruang Belajar dan Budidaya Tanaman Obat di Rumah Ulfa; Ruang Belajar di Rumah Amik; “Menghidupkan” Kembali Kolam Renang Milik Keluarga Alm.Bapak Tafdil; Radio Sekolah dan Gudang/Bengkel Karya di Rumah Bapak Bahrudin; dan lain-lain.

Dan pada akhirnya, perlu diambil hikmahnya: bahwa belajar itu tidak mengenal batas ruang dan waktu, bahwa sekolah itu bisa murah dan berkualitas, dan tentunya dengan adanya semangat dan upaya yang kuat dari semua pihak. Inilah yang disebut Komunitas Belajar.

Djuneidi Saripurnawan,
RDC Plan Aceh, alumnus Studi Antropologi UGM Yogyakarta.


Sumber :
http://berita-i.blogspot.com/2013/05/contoh-resensi-buku-yang-benar.html

Sabtu, 13 April 2013

Kriteria Penulisan Yang Baik

Kriteria Dalam Penulisan Laporan Yang Baik

Dalam proses penulisan ilmiah yang baik perlu memiliki metode khusus agar terlihat rapih, sopan dan santun dalam penyajiannya. Untuk pembuatannya dibutuhkan panduan dalam teknik penulisan, disini saya akan mencoba membagi kepada anda semua yang membutuhkannya. Berikut ini adalah teknik penulisan yang harus diperhatikan dalam membuat laporan yang baik :
1.      Penomoran Bab serta subbab
-          Bab dinomori dengan menggunakan angka romawi.
-          Subbab dinomori dengan menggunakan angka latin dengan mengacu pada nomor bab/subbab dimana bagian ini terdapat.
II ………. (Judul Bab)
2.1 ………………..(Judul Subbab)
2.2 ………………..(Judul Subbab)
2.2.1 ………………(Judul Sub-Subbab)
-     Penulisan nomor dan judul bab di tengah dengan huruf besar, ukuran font 14, tebal.
-     Penulisan nomor dan judul subbab dimulai dari kiri, dimulai dengan huruf besar, ukuran font 12, tebal.

2.       Penomoran Halaman
-          Bagian Awal, nomor halaman ditulis dengan angka romawi huruf kecil (i,ii,iii,iv,…).Posisi di tengah bawah (2 cm dari bawah). Khusus untuk lembar judul dan lembar pengesahan, nomor halaman tidak perlu diketik, tapi tetap dihitung.
-          Bagian Pokok, nomor halaman ditulis dengan angka latin. Halaman pertama dari bab pertama adalah halaman nomor satu. Peletakan nomor halaman untuk setiap awal bab di bagian bawah tengah, sedangkan halaman lainnya di pojok kanan atas.
-          Bagian akhir, nomor halaman ditulis di bagian bawah tengah dengan angka latin dan merupakan kelanjutan dari penomoran pada bagian pokok.

3.      Judul dan Nomor Gambar / Grafik / Tabel
-          Judul gambar / grafik diketik di bagian bawah tengah dari gambar. Judul tabel diketik di sebelah atas tengah dari tabel.
-          Penomoran tergantung pada bab yang bersangkutan, contoh : gambar 3.1 berarti gambar pertama yang aga di bab III.

4.      Penulisan Daftar Pustaka
-          Ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi pada bagian pokok tulisan ilmiah.
-          Ditulis menurut kutipan-kutipan.
-          Menggunakan nomor urut, jika tidak dituliskan secara alfabetik.
-          Nama pengarang asing ditulis dengan format : nama keluarga, nama depan.
Nama pengarang Indonesia ditulis normal, yaitu : nama depan + nama keluarga
-          Gelar tidak perlu disebutkan.
-          Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri), tapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya diberi jarak dua spasi.
-          Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang pertama saja dengan tambahan ‘et al’.
-          Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang secara umum memiliki urutan sebagai berikut :
Nama Pengarang, Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring), Edisi, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Penerbitan.
-          Tahun terbit disarankan minimal tahun 2000.

Contoh :

Buku :
[1].Date, C.J., An Introduction To Database Systems, 6th ed., Addison Willey Publishing Wesley Company, Inc., Reading Massachusetts, 2000.

Anonim :
[1].Anonim, Sistem Pemerintahan di Indonesia, cetakan pertama, PT. Gunung Agung, Jakarta 1983.

Majalah / Jurnal :
[1].Cattell R.G.G. and Skeen.J. “Object Operation Benchmark”. ACM Trans. Database Systems, 17, 1992, pp. 1 - 31.
(Jika ada, nama dan kota penerbit dapat dicantumkan di antara volume dan halaman, nama jurnal digarisbawah / tebal / miring).

Lebih dari tiga penulis :
[1]  Stoica, I, et all., “A Proportional Share Resource Allocation Algorithm for Real-Time, Time-Shared Systems”, In Proceedings Real-Time Systems Symposium, IEEE Comp. Press, Desember, 1996, hlm. 288 - 299.

Artikel :
[1] N.L. Owsley, “Sonar array processing”, in Array Signal Processing, S. Haykin, Ed.,
            Englewood Cliffs, NJ:Prentice_Hall, 1985, ch. 3,pp.115-193.
Internet :
[1] Galagher, P.R.Jr., “A guide to understanding audit in trusted system”,
Atau

5.      Pengutipan
Agar pengutipan menjadi sederhana, judul materi yang diacu tidak perlu diletakkan di bagian bawah pada halaman yang bersangkutan, melainkan cukup dengan memberikan nomor urut acuan dari daftar pustaka, sbb :
………………..(kutipan)………………… [3]. berarti kutipan diambil dari buku ke tiga dari daftar pustaka.
-          Jika kutipan kurang atau sama dari tiga baris, bagian awal dan akhir kutipan diberi tanda kutip, spasi tetap biasa.
-          Kutipan yang lebih panjang dari tiga baris tidak perlu diberi tanda kutip, tapi diketik dengan jarak satu spasi dengan indent yang lebih dalam 7 ketuk pada bagian kiri.

6.      Format Pengetikan
-          Menggunakan kertas ukuran A4.
-          Margin       Atas     : 4 cm              Bawah : 3 cm
-                            Kiri      : 4 cm              Kanan : 3 cm
-          Jarak spasi : 1,5 (khusus ABSTRAKSI hanya 1 spasi)
-          Jenis huruf (Font) : Times New Roman.
-          Ukuran / variasi huruf       : Judul Bab      14 / Tebal + Huruf Besar
-                                                      Isi                  12 / Normal
-                                                      Subbab          12 / Tebal

7.      Hasil Penulisan / Kerja Praktek :
-          Diseminarkan dengan membawa ringkasan yang sudah ditransparansikan.
-          Dijilid berbentuk buku dengan jumlah halaman paling sedikit 12 (dua belas). halaman tidak termasuk cover, halaman judul, daftar isi, kata pengantar dan daftar pustaka.
-          Diketik dengan menggunakan antara lain : Word Processor, Open Office, LaTeX, dsb.
-          Dicetak dengan printer (dianjurkan dengan LASER PRINTER).